Harmoni dalam Perbedaan: Festival Budaya Lintas Agama Semarang Hadirkan Ogoh-Ogoh Asli Bali
di Lapangan Pancasila Simpang Lima (Foto FY/TrendLine)
Semarang, TrendLine — Ribuan warga memadati kawasan Lapangan Panacasila Simpang Lima Semarang pada Sabtu 26 April 2025 untuk menyaksikan Festival Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-Ogoh. Acara ini menjadi simbol kuat toleransi dan keharmonisan antarumat beragama di kota Semarang, yang dikenal sebagai miniatur Indonesia dalam hal keberagaman budaya dan keyakinan.
Salah satu sorotan utama dalam festival ini adalah kehadiran ogoh-ogoh berwujud Cupak, tokoh dalam cerita rakyat Bali yang dikenal sebagai simbol keserakahan dan sifat buruk manusia. Ogoh-ogoh ini dibuat secara khusus oleh seniman asli Bali yang turut hadir dan meramaikan festival. Sepanjang arak-arakan, ogoh-ogoh Cupak diiringi oleh tabuhan gamelan baleganjur, menciptakan suasana magis dan dramatis yang menyita perhatian para penonton.
Pawai ini tak hanya menjadi tontonan visual, tetapi juga menyampaikan pesan filosofis tentang pentingnya mengendalikan sifat buruk demi menciptakan kehidupan yang selaras dan harmonis.
Selain umat Hindu, festival ini juga melibatkan partisipasi komunitas Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Konghucu. Masing-masing perwakilan kelompok menampilkan tema yang memiliki filosofi tersendiri, mencerminkan nilai-nilai luhur dan pesan perdamaian dari tradisi maupun ajaran mereka.
Wali Kota Semarang, dalam sambutannya, menyatakan bahwa acara ini bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan wujud nyata bahwa keberagaman tidak harus menjadi pemecah, melainkan kekuatan untuk bersatu.
“keberagaman budaya ini mulai kita biasakan kepada masyarakat untuk berfikir kita di Kota Semarang hidup bersama dan saling melengkapi,” ujarnya.
Sebagai penutup, festival menghadirkan dua pertunjukan khas Bali yang memukau: Tari Genjek, pertunjukan kolaboratif bernuansa riang yang sarat irama vokal dan perkusi tubuh, serta sendratari Legenda Selat Bali, yang menceritakan kisah klasik terbentuknya Selat Bali melalui pertarungan dan cinta antara tokoh-tokoh legenda. Kedua pertunjukan ini membawa suasana penonton dalam kekaguman dan penghormatan terhadap kekayaan budaya Nusantara.
Dengan suksesnya acara ini, Semarang kembali menegaskan perannya sebagai kota yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan kebhinekaan, sekaligus membuka jalan bagi event budaya serupa di masa mendatang.
Komentar
Posting Komentar